Sejarah Perkembangan Filsafat Barat
Periode
filsafat Barat merupakan periode penting sejarah peradaban manusia karena pada
waktu itu terjadi perubahan pola pikir manusia dari mite-mite menjadi yang
lebih rasional. Pola pikir mite-mite adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan
mitos untuk menjelaskan fenomena alam seperti Gempa bumi tidak dianggap
fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya.
Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi
dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara
kausalitas.
Perubahan
pola pikir tersebut kelihatannya sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana
karena selama ini alam ditakuti dan dijauhi kemudian
didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif dalam menghadapi
fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga alam dijadikan objek
penelitian dan pengkajian. Dari proses ini kemudian ilmu berkembang dari rahim
filsafat, yang akhirnya kita nikmati dalam bentuk teknologi. Karena itu,
periode perkembangan filsafat Yunani merupakan poin untuk memasuki peradaban
baru umat manusia.
Jadi, perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidaklah berlangsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Karena untuk memahami sejarah perkembangan ilmu mau tidak mau harus melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik, karena setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani. Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman kontemporer.
- Zaman Pra Yunani Kuno
Pada masa
ini manusia masih menggunakan batu sebagai peralatan. Oleh karena itu, zaman pra
Yunani Kuno disebut juga Zaman Batu yang berkisar antara empat juta tahun
sampai 20.000 tahun. Antara abad ke-15 sampai 6-SM, manusia telah menemukan
besi, tembaga, dan perak untuk berbagai peralatan. Abad kelima belas Sebelum
Masehi peralatan besi dipergunakan pertama kali di Irak, tidak di Eropa atau
Tiongkok.
Pada abad
ke-6 SM di Yunani muncul lahirnya filsafat. Timbulnya filsafat di tempat itu
disebut suatu peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani.
Pada bangsa
Yunani, seperti juga pada bangsa-bangsa sekitarnya, terdapat suatu mitologi
yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang
mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti.
Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup dalam hati manusia:
dari mana dunia kita? Dari mana kejadian dalam alam? Apa sebab matahari terbit,
lalu terbenam lagi? Melalui mite-mite, manusia mencari keterangan tentang asal
usul alam semesta dan tentang kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya.
Mite jenis pertama yang mencari keterangan tentang asal usul alam semesta
sendiri biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite jenis kedua yang
mencari keterangan tentang asal usul serta sifat kejadian dalam alam semesta
disebut mite kosmologis. Khusus pada bangsa Yunani ialah mereka mengadakan
beberapa usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi
suatu keseluruhan yang sistematis. Dalam usaha itu sudah tampaklah sifat
rasional bangsa Yunani. Karena dengan mencari suatu keseluruhan yang
sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti hubungan mite-mite
satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat dicocokkan dengan mite lain.
Kedua karya
puisi Homeros yang masing-masing berjudul Ilias dan Odyssea mempunyai kedudukan
istimewa dalam kesusasteraan Yunani. Syair-syair dalam karya tersebut lama
sekali digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani. Pada
dialog yang bernama Foliteia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh
Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi
waktu terluang dan serentak juga mempunyai nilai
edukatif.
Pengaruh
Ilmu Pengetahuan yang pada waktu itu sudah terdapat di Timur Kuno. Orang Yunani
tentu berutang budi kepada bangsa-bangsa lain dalam menerima beberapa unsur
ilmu pengetahuan dari mereka. Demikianlah ilmu ukur dan ilmu hitung sebagian
berasal dari Mesir dan Babylonia pasti ada pengaruhnya dalam perkembangan ilmu
astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa-bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani
telah mengolah unsur-unsur tadi atas cara yang tidak pernah disangka-sangka
oleh bangsa Mesir dan Babylonia. Baru pada bangsa Yunani ilmu pengetahuan
mendapat corak yang sungguh-sungguh ilmiah.
Pada abad
ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari berbagai jawaban rasional tentang
problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti
mythos. Dengan demikian filsafat dilahirkan.
Pada zaman Pra Yunani Kuno di dunia ilmu pengetahuan dicirikan berdasarkan know how yang dilandasi pengalaman empiris. Di samping itu, kemampuan berhitung ditempuh dengan cara one-to one correspondency atau mapping process. Contoh cara menghitung hewan yang akan masuk dan ke luar kandang dengan kerikil. Namun pada masa ini manusia sudah mulai memperhatikan keadaan alam semesta sebagai suatu proses alam
- Zaman Yunani Kuno
Zaman Yunani Kuno dipandang sebagai zaman keemasan
filsafat, karena pada masa ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan
ide-ide atau pendapatnya. Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan
filsafat, karena Bangsa Yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai
mitologi-mitologi. Bangsa Yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang
didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja),
melainkan menumbuhkan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang senang
menyelidiki sesuatu secara kritis). Sikap belakangan inilah yang menjadi cikal
bakal tumbuhnya ilmu pengetahuan modern. Sikap kritis inilah menjadikan bangsa
Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Beberapa filsuf pada
masa itu antara lain Thales (625-545 SM), Phytagoras (580-500 SM), Socrates
(469-399 SM), Plato (427-347 SM), hingga Aristoteles (384-322 SM).
Zaman Yunani Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales arche itu air, Anaximandros berpendapat arche itu “yang tak terbatas” (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
- Zaman Keemasan Filsafat Yunani
Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles kegiatan
politik dan filsafat dapat berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang
pandai berpidato (rethorika) dinamakan kaum sofis. Kegiatan mereka adalah
mengajarkan pengetahuan pada kaum muda. Yang menjadi objek penyelidikannya
bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang dikatakan oleh Prothagoras,
Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya. Hal ini ditentang oleh Socrates
dengan mengatakan bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai
nilai-nilai objektif yang dijunjung tinggi oleh semua orang. Akibat ucapannya tersebut
Socrates dihukum mati.
Hasil pemikiran Socrates dapat diketemukan pada
muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato mengatakan: realitas seluruhnya terbagi
atas dua dunia yang hanya terbuka bagi pancaindra dan dunia yang hanya terbuka
bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan yang kedua dunia
ide.
Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan
mengatakan bahwa yang ada itu adalah manusia-manusia yang konkret. “Ide
manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles adalah filsuf realis, dan
sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali. Sumbangan yang
sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah mengenai
abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi fisis, abstraksi
matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan
membuang unsur-unsur individual untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis.
Sedangkan abstraksi di mana subjek menangkap unsur kuantitatif dengan
menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis. Abstraksi di mana
seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan unsur-unsur
lain disebut abstraksi metafisis.
Teori Aristoteles yang cukup terkenal adalah tentang
materi dan bentuk. Keduanya ini merupakan prinsip-prinsip metafisis, Materi
adal.ah prinsip yaug tidak ditentukan, sedangkan bentuk adalah prinsip yang
menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan Hylemorfisyme.
- Masa Helenitis dan Romawi
Pada zaman Alexander Agung (359-323 SM) sebagai kaisar
Romawi dari Macedonia dengan kekuatan militer yang besar menguasai Yunani,
Mesir, Hingga Syria. Pada masa itu berkembang sebuah kebudayaan trans nasional
yang disebut kebudayaan Hellinistis, karena kekuasaan Romawi dengan ekspansi
yang luas membawa kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota Yunani
saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung.
Bidang filsafat, di Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi
berkembang pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alexandria. Jika
akhirnya ekspansi Romawi meluas sampai ke wilayah Yunani, itu tidak berarti
kesudahan kebudayaan dan filsafat Yunani, karena kekaisaran Romawi pun pintu di
buka lebar untuk menerima warisan kultural Yunani.
Dalam bidang filsafat tetap berkembang, namun pada
saat itu tidak ada filsuf yang sungguh-sungguh besar kecuali Plotinus. Pada
masa ini muncul beberapa aliran berikut:
Pertama, Sinisme.
Menurut paham ini jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut Logos.
Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak dapat
dihindari. Aliran Sinisme merupakan pengembangan dari aliran Stoik.
Kedua, Stoik.
Menyatakan penyangkalannya adanya “Ruh” dan “Materi” aliran ini disebut juga
dengan Monoisme dan menolak pandangan Aristoteles dengan Dualismenya.
Ketiga, Epikurime.
Segala-galanya terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak. Manusia akan
bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut pada
dewa-dewa. Setiap tindakan harus dipikirkan akan akibatnya. Aliran ini
merupakan pengembangan dari teori atom Democritus sebagai obat mujarab untuk
menghilangkan rasa takut pada takhayul. Keempat, Neo Platonisme. Paham yang
ingin menghidupkan kembali filsafat Plato. Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh
filsafatnya berkisar pada Allah sebagai yang satu. Segala sesuatu berasal dari
yang satu dan ingin kembali kepadanya.
Abad Pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog
di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hampir semua adalah
para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan.
Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ancilla theologia atau
abdi agama. Namun demikian harus diakui bahwa banyak juga temuan dalam bidang
ilmu yang terjadi pada masa ini.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang
mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi
agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan
Abad Masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan.
Pada zaman ini kebesaran kerajaan Romawi runtuh,
begitu pula dengan peradaban yang didasakan oleh logika ditutup oleh gereja dan
digantikan dengan logika keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan
karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati.
Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran
dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka belum mengenal adanya wahyu. Pada
zaman itu akademia Plato di Athena ditutup meskipun ajaran-ajaran Aristoteles
tetap dapat dikenal. Para filosof nyaris begitu saja menyatakan bahwa Agama
Kristen adalah benar.
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:
Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir, karena tidak mengakui wahyu. Menerima filsafat
Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan Tuhan, kebijaksanaan
manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya dari Tuhan. Mungkin akal
tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati maka akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman Abad Pertengahan mengalami dua
periode, yaitu: Periode Patristik,
berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-bapa Gereja, ialah ahli-ahli
agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Periode ini mengalami dua
tahap: 1) Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran
terutama mengenai filsafat Yunani, maka agama Kristen memantapkan diri. Keluar
memperkuat gereja dan ke dalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus
yang merupakan seorang ahli filsafat yang terkenal pada masa patristik.
Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik, berlangsung dari tahun 800-1500 M. Periode ini
dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad ke-9-12), ditandai
oleh pembentukan rnetode-metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara
agama dan filsafat. Yang tampak pada permulaan ialah persoalan tentang
Universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai
oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat
Arab dan Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. 3) Periode skolastik
akhir (abad ke-14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang
ke arah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak
memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu
hal. Pengertian umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran
yang objekti.
Zaman
Renaissance ditandai sebagai era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari
dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan Abad
Pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman
ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas. Manusia ingin mencapai
kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi.
Penemuan ilmu pengetahuan modern sudah mulai dirintis pada Zaman Renaissance.
Ilmu pengetahuan yang berkembang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Keppler,
Galileo Galilei. Berikut cuplikan pemikiran para filsuf tersebut yaitu Roger
Bacon, Copernicus, Johannes Keppler (awal 1600-an), dan Galileo Galilei.
- Zaman Modern
Zaman modern ditandai dengan berbagai penentuan dalam
bidang ilmiah. Perkembangan ilmu pengeahuan pada zaman modern sesungguhnya
sudah dirintis sejak Zaman Renaissance. Seperti Rene Descartes (1596-1650),
tokoh yang terkenal sebagai bapak filsafat moden. Rene Descartes juga seorang
ahli ilmu pasti. Penemuannya dalam ilmu pasti adalah sistem koordinat yang
terdiri atas dua garis turus X dan Y dalarn bidang datar. Isaac Newton dengan
temuannya teori gravitasi. Charles Darwin dengan teorinya strugglefor life
(perjuangan untuk hidup). JJ. Thompson dengan temuannya elektron.
- Zaman Kontemporer (Arad Ke-20 Dan Seterusnya)
Di antara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para
filsuf, bidang fisika menempati kedudukan yang paling tiggi. Menurut Traut
fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya
mengandung unsur-unsur fundamental yang mernbentuk alam semesta juga
menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terliht dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode
fisika, dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika
(misalnya: tentang materi, kuasa, konsep ruang, dan waktu). Kedua, ajaran
filsafat tradisional yang menjawab fenornena tentang materi, kuasa, ruang, dan
waktu. Dengan demikian, sejak semula sudah ada hubungan yang erat antara
filsafat dan fisika.
Fisikawan abad ke-21 adalah Albert Einstain menyatakan
bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak
berubah status totalitasnya atau bersifat statis dari waktu ke waktu. Einstein
percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta itu bersifat
kekal, atau dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam. Di samping
teori mengenai fisika, teori alam semesta, dan lain-lain, Zaman Kantemporer ini
ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan
informasi termasuk salah satu yang rrrengalami kemajuan sangat pesat. Mulai
dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet, dan sebagainya.
Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi
ilmu yang semakin tajam. Ilmuwan kantemporer mengetahui hal yang sedikit,
tetapi secara rnendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan
subspesialis atau super-spesialis, demikian pula bidang ilmu lain. Di samping
kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara
bidang ilmu satu dengan lainya, sehingga dihadirkannya bidang ilmu baru seperti
bioteknologi yang dewasa ini dikenal dengan teknolagi kloning.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar