Sejarah Perkembangan Filsafat Islam
Dalam
sejarah, pertemuan Islam (kaum muslimin) dengan filsafat, terjadi pada
abad-abad ke-8 masehi atau abad ke-2 Hijriah, pada saat Islam berhasil
mengembangkan sayapnya dan menjangkau daerah-daerah baru. Dalam abad
pertengahan, filsafat dikuasai oleh umat Islam.
Dua
imperium besar pada masa itu, yakni Abbasiyah dengan ibu kotanya Bagdad (di
Timur), dan Umayyah dengan
ibu kotanya Kordova (di Barat) menjadi pusat peradaban dunia yang menghasilkan
banyak orang bergelut dalam dunia kefilsafatan. Untuk mengetahui sejarah
perkembangan filsafat Islam, maka kehadiran para filosof muslim dalam dunia
kefilsafatan dari masa ke masa harus ditelusuri.
Dalam
sejarah perkembangan filsafat Islam, filosof pertama yang lahir dalam dunia
Islam adalah al-Kindi (796-873
M). Ide-ide al-Kindi dalam filsafat misalnya, filsafat dan agama tidak mungkin
ada pertentangan. Cabang termulia dari filsafat adalah ilmu tauhid atau
teologi.
Filosof
besar kedua dalam sejarah perkembangan filsafat Islam ialah al-Farabi (872-950
M). Dia banyak menulis buku-buku tentang logika, etika, ilmu jiwa dan
sebagainya. Ia menulis buku “Tentang Persamaan Plato dan Aristoteles”, sebagai
wujud keyakinan beliau bahwa filsafat Aristoteles dan Plato dapat disatukan.
Filsafatnya yang terkenal adalah filsafat emanasi.
Jalaluddin
dan Usman Said dalam bukunya Filsafat Pendidkan Islam Konsep dan Perkembangan
mengemukakan perkembangan periodisasi filsafat pendidikan Islam sebagai
berikut:
v Periode awal perkembangan Islam
Pemikiran mengenai filsafat pendidikan pada periode awal ini merupakan perwujudan dari kandungan ayat-ayat al-Qur’an dan al-hadis, yang keseluruhannya membentuk kerangka umum ideologi Islam. Dengan kata lain, bahwa pemikiran pendidikan Islam dilihat dari segi al-Qur’an dan hadis, tidaklah muncul sebagai pemikiran yang terputus, terlepas hubungannya dengan masyarakat seperti yang digambarkan oleh Islam. Pemikiran itu berada dalam kerangka paradigma umum bagi masyarakat seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Dengan demikian pemikiran mengenai pendidikan yang dilihat dalam al-Qur’an dan hadis mendapatkan nilai ilmiahnya. Pada periode kehidupan Rasulullah Saw tampaknya mulai terbentuk pemikiran pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits secara murni. Jadi hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan berbentuk pelaksanaan ajaran al-Qur’an yang diteladani oleh masyarakat dari sikap dan prilaku hidup Nabi Muhammad saw.
v Periode klasik
Periode klasik mencakup rentang masa pasca pemerintahan khulafa’al-Rasyidun hingga awal masa imperialis Barat. Rentang waktu tersebut meliputi awal kekuasaan Bani Ummayah zaman keemasan Islam dan kemunduran kekuasaan Islam secara politis hingga awal abad ke-19
Walaupun pembagian ini bersifat tentative, namun terdapat beberapa pertimbangan yang dijadikan dasar pembagian itu.
Pertama, sistem pemerintahan;
kedua, luas wilayah kekuasaan;
ketiga, kemajuan-kemajuan yang dicapai; dan
keempat, hubungan antar negara.
Dari dasar pertimbangan tersebut, maka diketahui bahwa di awal periode klasik terlihat munculnya sejumlah pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran mengenai pendidikan tersebut tampak disesuaikan dengan kepentingan dan tempat serta waktu. Beberapa karya ilmuan Muslim pada periode klasik yang karya-karyanya secara langsung memuat pembahasan mengenai pendidikan yaitu:
1. Ibn Qutaibah (213-276 H), nama lengkapnya Abu Muhammad Abdullah Ibn Muslim Qutaibah al-Dainuri, keahliannya adalah bahasa Arab dan sejarah; karya yang terkenal : al-Ma’ani al-Kabirah, syakl al-Qur’an, Gharib al-Qur’an, Ta’wil Mukhtalaf al-Hadits, Fadhl al-Arab, al-Syi’r wa al-Syu’ara; al-Ma’arif, al-Radd ‘ala al Jahimmiyah wa al-Musyibbihah, Imamah wa al-Siyasah, dan ‘Uyun al-Akhbar. Pemikirannya menyangkut tentang masalah pendidikan bagi kaum wanita, ilmu yang bermanfaat dan nilai-nilai bagi yang mengembangkannya.
2. Ibnu Masarrah (269-319) yang pemikirannya menyangkut tentang jiwa dan sifat-sifat manusia, Ibnu
3. Maskawaih (330-421), pemikirannya tentang pentingnya pendidikan akhlak,
4. Ibnu Sina (370-428), karya besarnya as-Syifa dan al-Qanun al-Tibb sebuah karya ensiklopedi kedokteran, dan Al-Gazali (450/1058-505/1111 M), karya besarnya sering menjadi acuan berbagai pandangan masyarakat dan sangat terkenal yaituIhya’ Ulum al-Din, menurutnya bahwa pendidikan yang baik adalah yang dapat mengantarkan manusia kepada keridhaan Allah swt., yang tentunya selamat hidup dunia dan akhirat.
vPeriode Modern
Periode modern merujuk pada pembagian periodesasi sejarah Islam, yaitu menurutHarun Nasution, bahwa periode modern dimulai sejak tahun 1800 M. periode ini ditandai dengan dikuasainya Bani Abbas dan Bani Ummaiyah secara politik dan dilumpuhkan oleh imperialis Barat. Namun ada tiga kerajaan besar Islam yang masih memegang hegemoni kekuasaan Islam, yaitu Turki Usmani (Eropa Timur dan Asia-Afrika), kerajaan Safawi (Persia), dan kerajaan Mughol (India).
Beberapa pemikir pendidikan yang tersebar di sejumlah kekuasaan Islam tersebut sebagai tokoh yang ada kaitannya dengan perkembangan filsafat pendidikan Islam pada periode modern, seperti:Isma’il Raj’i al-Faruqi (1921-1986), membidangi secara profesional bidang pengkajian Islam, pemikirannya tersebar di berbagai dunia Islam, dan karya pentingnnya; Cristian Ethics, An Historical Atlas of Religions of the World, Trialogue of Abrahamic Faith, dan The Cultural Atlas of Islam, pandangannya bahwa umat Islam sekarang berada dalam keadaan yang lemah, dan dualisme sistem pendidikan yang melahirkan kejumudan dan taqlid buta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar